Saturday, February 13, 2016

Makalah IMUN dan HEMATOLOGI



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ada satu penyakit yang masih langka di pendengaran kita yang biasanya disebut Scleroderma Scleroderma adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh tumpukan kolagen yang berlebihan. Penyakit ini menjangkiti setidaknya 300.000 orang di Amerika Serikat, dan biasanya empat kali lebih sering terjadi pada wanita daripada pada pria. Perkembangan sistem sclerodorma dikenal sebagai sclerosis dan penyakit semacam ini umumnya bisa berakibat fatal.
Scleroderma sebagian besar akan mempengaruhi kulit dan ditandai dengan pengerasan kulit dan jaringan parut. Biasanya kulit akan tampak kemerahan atau bersisik. uga ada pembuluh darah yang mungkin cenderung terlihat. Ada penyusutan lemak dan otot yang akan melemahkan anggota badan dan mempengaruhi penampilan mereka ketika ada area yang lebih luas yang terkena penyusutan ini. Bahkan di beberapa kasus yang cukup serius, scleroderma bisa mempengaruhi pembuluh darah. Masalah ini cukup serius sebab scleroderma berjalan di antara dua penyakit. Hal yang paling penting untuk diketahui adalah bagaimana mendeteksi apa yang sedang terjadi di bawah kulit dan luas areal yang ditutupi oleh penyakit. Seseorang mungkin hanya memiliki satu atau dua daerah yang terkena atau mungkin sudah banyak dari mereka yang memiliki area luka yang lebih besar. 
Banyak orang yang menderita scleroderma mengalami fenomena Raynaud dan ini merupakan gejala arthritis vaskular yang dapat mempengaruhi jari tangan dan kaki. Tangan dan kaki mungkin mengalami perubahan warna karena suhu dingin. Fenomena Raynaud dan sistemik scleroderma juga dapat menjadi penyebab dari borok yang menyakitkan pada jari tangan dan kaki. Calcinosis adalah peristiwa pengendapan kalsium di sekitar sendi dan hal ini umum terjadi bagi penderita scleroderma dan kita bisa menemukannya di dekat siku, lutut atau sendi lainnya.
Ada tiga jenis utama scleroderma. Mereka adalah difusi, limited dan morphea (kadang disebut linear). Jenis pertama yaitu difusi scleroderma. Jenis ini adalah bentuk yang paling parah. Hal ini ditandai dengan serangan yang cepat dan melibatkan pengerasan kulit yang lebih banyak. Difusi Scleroderma akan menyebabkan kerusakan organ internal yang parah pada paru-paru dan saluran pencernaan. Jenis kedua, limited scleroderma dikenal sebagai sindrom CREST. CREST adalah singkatan dari Calcinosis sindrom Raynaud Esophageal dysmotility Sclerodactyly dan Telangiectasia, mereka adalah lima gejala utama dari limited scleroderma. CREST adalah penyakit sistemik dan lebih ringan. Memiliki proses yang lambat. Pengerasan kulit yang biasanya hanya pada wajah dan tangan dan prosesnya pada organ dalam tidak terlalu parah. Prognosis jauh lebih baik untuk scleroderma terbatas.
Memang tidak ada obat untuk mengatasi penyakit ini tetapi ada perawatan yang ditujukan untuk beberapa gejalanya.   Perawatan ini menggunakan obat-obatan yang dapat melembutkan kulit dan mengurangi pembengkakan. 

B.     Rumusan Masalah
Dari penyusunan makalah ini, penulis akan membahas rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apa itu Scleroderma ?
2.      Apa etiologi dari skleroderma?
3.      Bagaimana patofisiologi skleroderma?
4.      Apa saja manifestasi klinik skleroderma?
5.      Apa saja komplikasi pada skleroderma?
6.      Bagaimana pemeriksaan diagnostik untuk skleroderma?
7.      Bagaimana penatalaksanaan untuk skleroderma?
8.      Pengobatan Skleroderma?

C.    Tujuan
1.      Bisa mengetahui tentang apa yang dimaksud  dengan Scleroderma.
2.      Untuk mengetahui etiologi dari scleroderma
3.      Untuk mengetahui  patofisiologi scleroderma
4.      Untuk mengetahui  manifestasi klinik scleroderma
5.      Untuk mengetahui  komplikasi scleroderma
6.      Untuk mengetahui  pemeriksaan diagnostik untuk scleroderma
7.      Untuk mengetahui  penatalaksanaan untuk scleroderma
8.      Dapat memperoleh informasi mengenai cara mengobati Scleroderma.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Pengertian Scleroderma
Scleroderma adalah suatu penyakit autoimun dari jaringan penghubung. Penyakit autoimun adalah penyakit-penyakit yang terjadi ketika jaringan-jaringan tubuh diserang oleh sistim imunnya sendiri. Scleroderma dikarakteristikan oleh pembentukan dari jaringan parut (fibrosis) pada kulit dan organ-organ tubuh. Ini menjurus pada ketebalan dan keteguhan dari area-area yang terlibat. Scleroderma, ketika ia tersebar atau menyebar luas keseluruh tubuh, juga dirujuk sebagai systemic sclerosis.
Scleroderma adalah penyakit autoimun dari jaringan ikat. Penyakit autoimun adalah penyakit yang terjadi ketika jaringan tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri. Scleroderma ditandai dengan pembentukan jaringan parut (fibrosis) di kulit dan organ tubuh lain. Hal ini menyebabkan ketebalan dan warna yang tegas di daerah yang terlibat.  Scleroderma adalah penyakit autoimun kronis yang ditandai oleh fibrosis (atau pengerasan), perubahan pembuluh darah, dan autoantibodi.  Penyebab tidak diketahui Scleroderma. Scleroderma berjalan dalam keluarga, tetapi gen belum teridentifikasi. Ini mempengaruhi pembuluh darah kecil yang dikenal sebagai arteriol, di semua organ

Ada dua bentuk utama Scleroderma:
Terbatas sclerosis sistemik / skleroderma 's manifestasi kulit terutama mempengaruhi tangan, lengan dan wajah. Sebelumnya disebut sindrom CREST mengacu pada komplikasi berikut: calcinosis, fenomena Raynaud, disfungsi esofageal, sclerodactyly, dan Telangiectasias. Selain itu, hipertensi arteri paru dapat terjadi pada sepertiga dari pasien dan adalah komplikasi yang paling serius bagi bentuk skleroderma.
Diffuse sclerosis sistemik / scleroderma adalah cepat berkembang dan mempengaruhi area besar dari kulit dan satu atau lebih organ internal, sering ginjal, kerongkongan, jantung dan paru-paru. Bentuk dari skleroderma bisa sangat melumpuhkan. Tidak ada pengobatan untuk skleroderma sendiri, tetapi komplikasi organ sistem individu diperlakukan.
Bentuk lain dari skleroderma sistemik termasuk sinus skleroderma, yang tidak memiliki perubahan kulit, tetapi memiliki manifestasi sistemik, dan dua bentuk lokal yang mempengaruhi kulit, tapi bukan organ internal: morphea, dan linier skleroderma.
Prognosis umumnya baik untuk pasien skleroderma terbatas kulit yang luput komplikasi paru. Prognosis lebih buruk untuk penyakit kulit difus, terutama pada usia yang lebih tua, dan untuk laki-laki. Kematian terjadi paling sering dari paru, jantung dan komplikasi ginjal. Pada penyakit kulit difus, kelangsungan hidup 5 tahun adalah 70%, 10-tahun hidup 55%.
Pertama, sel-sel endotel dari arteriola yang mati, bersama dengan sel otot polos, dengan proses apoptosis. Mereka digantikan oleh kolagen dan bahan berserat lainnya. Sel-sel inflamasi, terutama CD4 + T helper sel, menyusup arteriola, dan menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Banyak dari sinyal protein inflamasi dan destruktif telah diidentifikasi, dan mereka adalah target potensial untuk obat yang dapat mengganggu proses ini.
Ø  Localized skleroderma
o   Localized morphea
o   Morphea-lumut sclerosus et atrophicus tumpang tindih
o   Generalized morphea
o   Atrophoderma dari Pasini dan Pierini
o   Pansclerotic morphea
o   Profunda Morphea
o   Skleroderma linier
o   Skleroderma sistemik
Ø  Sindrom CREST
Ø  Progresif sclerosis sistemik

B.    Etiologi
Penyebab dari skleroderma tidak diketahui hingga saat ini.  Dengan alasan yang masih belum jelas, terjadi proses autoimun dimana sistem imun tubuh berbalik menyerang tubuh, menyebabkan peradangan dan menyebabkan produksi kolagen yang berlebihan.
Faktor – faktor genetik dan lingkungan mungkin berperan dalam pengembangan penyakit ini. Suatu antigen yang diwariskan, human leukocyte antigen (HLA) dihubungkan dengan peningkatan risiko terjadinya skleroderma. Faktor risiko lain mencakup usia (biasanya 30-50 tahun), dan gender (lebih sering pada wanita).

C.    Patofisiologi
Seperti halnya dengan penyakit jaringan ikat difus lainnya, skleroderma memiliki perjalanan penyakit yang beragam dengan remisi dan eksaserbasi, kendati demikian, prognosisnya tidaklah seoptimis prognosis lupus. Penyakit ini umumnya di mulai dengan gangguan pada kulit. Sel – sel mononuklear akan berkumpul pada kulit dan menstimulasi limfokin untuk merangsang pembentukan prokolagen. Kolagen yang insoluble akan terbentuk dan tertimbun secara berlebihan dalam jaringan.
Pada mulanya respon inflamasi menyebabkan pembentukan edema dengan menimbulkan gambaran kulit yang tampak kencang, licin dan mengkilap. Kemudian kulit tersebut mengalami perubahan fibrotik yang menyebabkan hilangnya elastisitas kulit dan gangguan gerak. Akhirnya jaringan itu mengalami degenerasi dan gangguan fungsional. Rangkaian peristiwa ini yang dimulai dari inflamasi hingga degenerasi juga terjadi dalam pembuluh darah, organ – organ utama dan berbagai sistem tubuh yang berpotensi untuk menimbulkan kematian.

D.    Manifestasi Klinik
Skleroderma dimulai secara perlahan – lahan dan tidak jelas dengan fenomena Raynaud serta pembengkakan pada tangan. Kulit dan jaringan subkutan menjadi semakin keras serta kaku dan tidak dapat di cubit dari struktur di bawahnya. Kerutan dan garis – garis kulit menghilang. Kulit menjadi kering karena sekresi keringan di bagian yang sakit tersupresi. Eksteremitas menjadi kaku dan kehilangan mobilitasnya. Keadaan tersebut akan menyebar secara perlahan – lahan. Selama bertahun – tahun, semua perubahan ini dapat tetap terlokalisasi pada kedua belah tangan dan kaki (skleroderma). Wajah menjadi mirip topeng, immobile serta tanpa ekspresi, dan mulut menjadi kaku.
Perubahan di dalam tubuh, sekalipun tidak tampak secara langsung, jauh lebih penting daripada perubahan yang nyata. Ventrikel kiri jantung akan terkena sehingga terjadi gagal jantung kongesti, esofagus mengeras yang akan mengganggu gerakan menelan, paru – paru terus membentuk jaringan parut sehingga menghambat respirasi, gangguan cerna terjadi karena pengerasan (sklerosing) mukosa intestinal dan kegagalan renal progresif dapat terjadi.
Pasien dapat memperlihatkan manifestasi dalam bentuk sejumlah gejala yang di sebut sebagai sindrom CREST. Huruf CREST berarti calcinosis (karsinosis/ pengendapan kalsium dalam jaringan), Raynaud’s phenomena (fenomena Raynaud), esophageal hardening and dysfunctioning (pengerasan dan gangguan fungsi esophagus), sclerodactyly (sklerodaktili/ skleroderma pada jari – jari) dan telangiectasis (telangiektasis/ dilatasi kapiler yang membentuk lesi vaskuler).

E.    Komplikasi
Kemungkinan komplikasi skleroderma meliputi : kerusakan otot halus di saluran pencernaan, yang menyebabkan kekurangan gizi, jaringan parut pada otot jantung, dapat menyebabkan kerusakan permanen, kerusakan ginjal dan kegagalan, dan kurang percaya diri.

F.     Pemeriksaan Diagnostik
Untuk diagnosis skleroderma tidak ada satu pun pemeriksaan yang dapat menyimpulkan diagnosis tersebut. Anamnesis riwayat sakit dan pemeriksaan fisik yang lengkap di lakukan untuk mencatat setiap perubahan fibrotik pada kulit, paru – paru, jantung atau esophagus. Biopsi kulit dikerjakan untuk mengidentifikasi perubahan seluler spesifik untuk skleroderma.
Pemeriksaan pulmoner akan memperlihatkan abnormalitas perfusi ventilasi. EKG menunjukkan efusi perikardium (yang sering ditemukan bersama gangguan jantung). Pemeriksaan esophagus memperlihatkan penurunan mortalitas pada 75% penderita skleroderma. Tes darah dapat mendeteksi antibodi antinukleus (ANA) yang menunjukkan kelainan jaringan ikat dan kemungkinan membedakan subkelompok scleroderma. Hasil tes ANA yang positif lazim dijumpai pada skleroderma. Gambaran ANA yang memperlihatkan pola antisentromer berkaitan dengan sindrom CREST.




G.   Penatalaksanaan
Terapi skleroderma bergantung pada manifestasi klinisnya. Semua pasien memerlukan konseling pribadi dan dalam konseling tersebut, tujuan individual yang realistis dapat ditentukan. Sampai saat ini belum ada program obat yang terbukti efektif untuk mengendalikan skleroderma namun demikian, berbagai obat dapat digunakan untuk mengobati gejalanya. Penisilamin pernah menjadi obat yang paling menjanjikan dalam mengurangi penebalan kulit, menurunkan kecepatan terjadinya kelainan organ visera yang baru, dan memperpanjang usia penderita. Kaptopril dan preparat antihipertensi yang paten lainnya cukup efektif untuk mengendalikan krisis hipertensi. Obat – obat anti–inflamasi dapat di gunakan untuk mengontrol atralgia, kekakuan dan gangguan rasa nyaman muskuloskeletal yang umum. Preparat vasodilator tidak terbukti efektif untuk berbagai abnormalitas vaskuler. Tindakan suportif mencakup upaya untuk mengurangi rasa nyeri dan membatasi disabilitas. Program latihan yang moderat perlu di dorong untuk mencegah kontraktur sendi. Kepada pasien disarankan agar menghindari suhu yang ekstrem dan menggunakan losion untuk mengurangi kekeringan kulit.
Pertimbangan Keperawatan. Penilaian keperawatan dapat difokuskan pada perubahan sklerotik kulit, kontraktur jari – jari tangan dan perubahan warna atau lesi pada ujung – ujung jari tangan. Pengkajian gangguan sitemik memerlukan peninjauan terhadap berbagai sistem dengan memberikan perhatian khusus kepada gejala – gejala gastrointestinal, pulmoner, renal dan jantung. Keterbatasan pada mobilitas dan aktivitas perawatan mandiri harus dikaji bersama dampak yang telah atau yang akan ditimbulkan oleh penyakit pada citra tubuh.
Asuhan keperawatan bagi penderita skleroderma kulit harus dilaksanakan berdasarkan rencana asuhan dasar.Masalah yang paling sering ditemukan pada penderita skleroderma kulit mencakup gangguan integritas kulit, kurang kemampuan dalam melaksanakan perawatan mandiri, perubahan nutrisi yang membuat asupan nutrisi lebih kecil dari kebutuhan tubuh dan gangguan citra tubuh. Pasien yang penyakitnya sudah lanjut dapat pula menghadapi masalah dengan terganggunya pertukaran gas, berkurangnya curah jantung, gangguan menelan dan konstipasi.  

H.    Cara Pengobatan Scleroderma
Terapi dari scleroderma diarahkan menuju ciri-ciri individu yang mempengaruhi area-area tubuh yang berbeda.
Terapi yang agresif dari peninggian-peninggian dalam tekanan darah telah menjadi sangat penting dalam mencegah gagal ginjal. Obat-obat tekanan darah, seperti captopril, seringkali digunakan.   Data terakhir mengindikasikan bahwa colchicine dapat berguna dalam mengurangi peradangan dan keperihan yang secara periodis menyertai nodul-nodul calcinosis pada kulit. Gatal kulit dapat dibebaskan dengan lotion-lotion (emollients) seperti Eucerin dan Lubriderm.
Raynaud's phenomenon yang ringan mungkin memerlukan hanya penghangatan dan perlindungan tangan. Aspirin dosis rendah seringkali ditambahkan untuk mencegah bekuan-bekuan darah kecil pada jari-jari tangan, terutama pada pasien-pasien dengan suatu sejarah pemborokan-pemborokan ujung jari. Raynaud's phenomenon yang sedang dapat dibantu dengan obat-obat yang membuka arteri-arteri, seperti nifedipine (Procardia, Adalat) dan nicardipine (Cardene), atau dengan obat luar (topical) nitroglycerin yang dioleskan pada jari tangan/kaki yang paling terpengaruh (paling efektif pada sisi-sisi dari jari tangan/kaki dimana arteri-arteri berada).
Penyangga jari yang diaplikasikan secara lembut dapat melindungi jaringan-jaringan yang perih. Suatu kelompok dari obat-obat yang digunakan secara khas untuk depresi, yang disebut serotonin reuptake inhibitors, seperti fluoxetine (Prozac), dapat adakalanya memperbaiki sirkulasi dari jari tangan/kaki yang terpengaruh. Raynaud's phenomenon yang berat/parah dapat memerlukan prosedur-prosedur operasi, seperti yang untuk menginterupsi syaraf-syraf dari jari tangan yang menstimulasi penyempitan dari pembuluh-pembuluh darah (digitalsympathectomy). Pemborokan-pemborokan dari jari-jari tangan dapat memerlukan antibiotik-antibiotik topical (obat luar) atau oral (mulut).
Iritasi kerongkongan dan heartburn dapat dibebaskan dengan omeprazole (Prilosec), esomeprazole (Nexium), atau lansoprazole (Prevacid). Antacids dapat juga bermanfaat. Meninggikan kepala ranjang dapat mengurangi aliran balik dari asam kedalam kerongkongan yang menyebabkan peradangan dan heartburn. Menghindari kafein dan merokok sigaret juga membantu.

BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Scleroderma adalah penyakit autoimun dari jaringan ikat. Penyakit autoimun adalah penyakit yang terjadi ketika jaringan tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri. Scleroderma ditandai dengan pembentukan jaringan parut (fibrosis) di kulit dan organ tubuh lain. Hal ini menyebabkan ketebalan dan warna yang tegas di daerah yang terlibat. Scleroderma adalah penyakit autoimun kronis yang ditandai oleh fibrosis (atau pengerasan), perubahan pembuluh darah, dan autoantibodi.  Penyebab tidak diketahui Scleroderma. Scleroderma berjalan dalam keluarga, tetapi gen belum teridentifikasi. Ini mempengaruhi pembuluh darah kecil yang dikenal sebagai arteriol, di semua organ.

B.    Saran
Makalah kami masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kami. Besar harapan kami kepada para pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih sempurna.






DAFTAR PUSTAKA

…….http://wigie.blogspot.com/2008/09/scleroderma.html
…….http://www.news-medical.net/health/Scleroderma-What-is-Scleroderma-%28Indonesian%29.aspx
…….http://sehat-bugar-selalu.blogspot.com/2011/02/sclerodoma.html
…….http://fick09.blogspot.com/2011/06/penyakit-scleroderma.html
…….http://blog-indonesia.com/blog-archive-13048-10.html
…….http://animas.blog.fisip.uns.ac.id/2011/01/03/skleroderma-sklerosis-sistemik-bag-1/
…….http://www.perkuliahan.com/makalah-kesehatan-keperawatan-tentang-penyakit-scleroderma/#ixzz1sHvRomcZ
Doenges, Marilynn E. 2002.Rencana Asuhan Keperawatan,Edisi ke 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Djuanda, Prof. Dr. Adhi. 2002.Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi ke 3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta
Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit, Ed4. Jakarta

0 comments:

Post a Comment